Kebahasaan
I.
Majas/Gaya
Bahasa
Majas adalah bahasa kias yang dapt menghidupkan dan meningkatkan efek atau kesan menimbulkan konotasi tertentu.
Kesan yang terdapat dalam suatu majas disebabkan adanya perbandingan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Macam-macam majas:
A. Majas perbandingan:
1. Personifikasi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengkaitkan sifat-sifat manusia pada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup
Contoh: - Sinar pagi membelai daun.
- Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
- Burung-burung itu menyanyi dengan riangnya.
2. Metafora adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama, tanpa kata pembanding seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda.
Contoh: - Raja siang telah pergi keperaduannya. ( raja siang = matahari )
- Dewi malam telah keluar dari balik awan. ( dewi malam = bulan )
- Tulisan cakar ayam itu yidak dapat dibaca. ( cakar ayam = jelek)
3. Eufemisme ( ungkapan pelembut ) adalah majas perbandingan yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu-bahasa (pantang)
Contoh: - para tunakarya perlu perhatian yang serius dari pemerintah.
- Pramuwisma bukan pekerjaan hina.
- Ayahnya sudah tidak berada di tengah-tengah mereka.
- Kasihan, anak itu hilang akal setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
4. Sinekdokhe dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pras pro toto adalah majas yang melnyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya.
Contoh: - Dia mempunyai lima ekor kuda.
- Sudah lama benar tidak tampak batang hidungnya,
- Setiap kepala harus membayar iuran seribu rupiah.
b. Totem pro parte adalah majas yang menyebutkan keseluruhan, tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh: - Sekolah ini selalu menjadi juara pertama pertandingan basket antarpelajar.
- Kaum wanita memperingati hari Kartini.
- Indonesia menang 3-0 melawan Malaysia dalam pertandingan sepak bola tadi malam.
5. Alegori adalah majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh ( majas yang berupa suatu cerita singkat dan mengandung kiasan atau lambing.
Contoh: - Hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan.
Suami = nahkoda
Istri = juru mudi
Topan, gelombang, batu karang, = cobaan/ halangan dalam kehidupan.
Tanah seberang = cita-cita hidup
- Hidup ini diumpamakan seperti biduk yang berada di tengah lautan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam mengemudikannya agar tidak diterjang badai dan topan.
6. Hiperbola adalah majas yang melukiskan dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti ( majas yang melukiskan sesuatu dengan peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Conroh: - Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarganya.
- Gantungkan cita-citamu setinggi langit.
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
7. Simbolik adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbul atau pelambang.
Contoh: - Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat. ( lintah darat = lambing pemeras, pemakan riba).
8. Litotes ( hiperbola negatif ) adalah majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnyaa guna merendah diri.
Contoh: Prjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas.
9. Alusio adaalah majas yang mempergunakan ungkapan peribahasa, atau kata-kata yang artinya diketahui umum.
Contoh: Ah, dia itutong kosong nysring bunyinya.
Rupanya Ahmad makan tangan hari ini hingga membuat iri teman-temannya.
10. Asosiasi adalah majas yang memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat.
Contoh: Wajahnya muram bagai bulan kesiangan.
11. Perifrasis adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh: Petang barulah dia pulang.
Menjadi Ketika matahari hilang di balik gunung barulah ia pulang.
12. Metonemia adalah majas yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh: Kemarin ia memakai Fiat , sekarang naik Kijang ( merk mobil )
13. Antonomasia adalah majas yang meyebutkan nama lain terhadp seseorang berdasarkan cirri atau sifat yang menonjol yang dimilikinya.
Contoh: Si pincang, si jangkung, si keriting, dsb.
14. Tropen adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan sesuatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.
15. Parabel adalah majas dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup.
Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan.
Contoh: Bhagawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman
1. Ironi adalah majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
Contoh: Harun benar sore ini!
2. Sinisme adalah gaya sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi kasar.
Contoh: Itukah yang dinamakan bekerja.
3. Sarkasme adalah majas sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu memang otaku dang!
Majas adalah bahasa kias yang dapt menghidupkan dan meningkatkan efek atau kesan menimbulkan konotasi tertentu.
Kesan yang terdapat dalam suatu majas disebabkan adanya perbandingan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Macam-macam majas:
A. Majas perbandingan:
1. Personifikasi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan mengkaitkan sifat-sifat manusia pada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup
Contoh: - Sinar pagi membelai daun.
- Baru 3 km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
- Burung-burung itu menyanyi dengan riangnya.
2. Metafora adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama, tanpa kata pembanding seperti atau sebagai di antara dua hal yang berbeda.
Contoh: - Raja siang telah pergi keperaduannya. ( raja siang = matahari )
- Dewi malam telah keluar dari balik awan. ( dewi malam = bulan )
- Tulisan cakar ayam itu yidak dapat dibaca. ( cakar ayam = jelek)
3. Eufemisme ( ungkapan pelembut ) adalah majas perbandingan yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun atau tabu-bahasa (pantang)
Contoh: - para tunakarya perlu perhatian yang serius dari pemerintah.
- Pramuwisma bukan pekerjaan hina.
- Ayahnya sudah tidak berada di tengah-tengah mereka.
- Kasihan, anak itu hilang akal setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
4. Sinekdokhe dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Pras pro toto adalah majas yang melnyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya.
Contoh: - Dia mempunyai lima ekor kuda.
- Sudah lama benar tidak tampak batang hidungnya,
- Setiap kepala harus membayar iuran seribu rupiah.
b. Totem pro parte adalah majas yang menyebutkan keseluruhan, tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh: - Sekolah ini selalu menjadi juara pertama pertandingan basket antarpelajar.
- Kaum wanita memperingati hari Kartini.
- Indonesia menang 3-0 melawan Malaysia dalam pertandingan sepak bola tadi malam.
5. Alegori adalah majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh ( majas yang berupa suatu cerita singkat dan mengandung kiasan atau lambing.
Contoh: - Hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan.
Suami = nahkoda
Istri = juru mudi
Topan, gelombang, batu karang, = cobaan/ halangan dalam kehidupan.
Tanah seberang = cita-cita hidup
- Hidup ini diumpamakan seperti biduk yang berada di tengah lautan. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam mengemudikannya agar tidak diterjang badai dan topan.
6. Hiperbola adalah majas yang melukiskan dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti ( majas yang melukiskan sesuatu dengan peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan pernyataan yang berlebih-lebihan.
Conroh: - Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarganya.
- Gantungkan cita-citamu setinggi langit.
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
7. Simbolik adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai simbul atau pelambang.
Contoh: - Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat. ( lintah darat = lambing pemeras, pemakan riba).
8. Litotes ( hiperbola negatif ) adalah majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnyaa guna merendah diri.
Contoh: Prjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas.
9. Alusio adaalah majas yang mempergunakan ungkapan peribahasa, atau kata-kata yang artinya diketahui umum.
Contoh: Ah, dia itutong kosong nysring bunyinya.
Rupanya Ahmad makan tangan hari ini hingga membuat iri teman-temannya.
10. Asosiasi adalah majas yang memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat.
Contoh: Wajahnya muram bagai bulan kesiangan.
11. Perifrasis adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
Contoh: Petang barulah dia pulang.
Menjadi Ketika matahari hilang di balik gunung barulah ia pulang.
12. Metonemia adalah majas yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Contoh: Kemarin ia memakai Fiat , sekarang naik Kijang ( merk mobil )
13. Antonomasia adalah majas yang meyebutkan nama lain terhadp seseorang berdasarkan cirri atau sifat yang menonjol yang dimilikinya.
Contoh: Si pincang, si jangkung, si keriting, dsb.
14. Tropen adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan sesuatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar.
Contoh: Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.
15. Parabel adalah majas dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup.
Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan.
Contoh: Bhagawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman
1. Ironi adalah majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
Contoh: Harun benar sore ini!
2. Sinisme adalah gaya sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi kasar.
Contoh: Itukah yang dinamakan bekerja.
3. Sarkasme adalah majas sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu memang otaku dang!
C. Majas penegasan:
1. Pleonasme adalah majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya yang tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangk
Contoh: - Saya telah menyaksikan dengan peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri
- Tubuhnya berlumuran darah yang berwarna merah.
- Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
2. Repetisi adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
3. Pararelisme adalah majas penegasan seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi.
Pararelisme dibagi menjadi:
a. Anafora adalah bila kata atau frase yang diulang terletak di awal kalimat.
Contoh: Kalau `lah diam malam yang kelam
Kalau` lah tenang sawang yang lapang
Kalau`lah lelap orang dilawang
b. Epifora adalah bila kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat atau lirik.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang.
Jika kau kehendaki aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
Disamping itu, adapun yang memperlihatkan penggunaan anaphora dan epifora dan sekaligus.
Contoh: Kami jemu pada lagu
Kami benci pada lagu
Kami runtuh karena lagu
( “Suara dari Sudut Gelita”, oleh Muhammad Ali )
4.
Tautologi adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan
kata-kata yang sama artinya ( bersinonim ) untuk mempertegas arti.
Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.
5. Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh: Kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar anjing gila.
6. Enumerasio adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
7. Klimaks adalah majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: - Menyemai benih, tumbuh hingga menuainya, aku sendiri yang mengerjakannya.
- Anak-anak, remaja, dewasa datang menyaksikan film “Saur Sepuh.”
8. Antiklimaks adalah majas penegasan dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin melemah pengertiannya.
Contoh: Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun tak ada.
9. Retorik adalah majas penegasan dengan mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karean sudah diketahuinya.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali?
10. Koreksio adaalah majas penegasan berupa membetulkan (mengoreksi) kembali kata- kata yang salah diucapkan, baik disengaja maupun tidak,
Contoh: Hari ini sakit ingatan , eh … maaf, sakit kepala maksudku.
11.Asidenton adalah majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Contoh: kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di took itu.
12. Polisidenton adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
Contoh: Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
13. Eklamasio adaalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
14. Praeterito adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidaak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan itu.
15. Interupsi adalah majas penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.
D. Majas pertentangan
1. Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata-kata yang berlawanan arti.
Contoh: Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seseorang wanita.
2. Paradoks adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya bertalian.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
3. Okupasi adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh : Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.
4. Kontradiskio interminis adalah majas pertentangan yang memperlihatkaentangan
dengan penjelasan semua
Contoh: Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut jam
Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.
5. Simetri adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh: Kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar anjing gila.
6. Enumerasio adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu per satu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
7. Klimaks adalah majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: - Menyemai benih, tumbuh hingga menuainya, aku sendiri yang mengerjakannya.
- Anak-anak, remaja, dewasa datang menyaksikan film “Saur Sepuh.”
8. Antiklimaks adalah majas penegasan dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin melemah pengertiannya.
Contoh: Jangankan seribu, atau seratus, serupiah pun tak ada.
9. Retorik adalah majas penegasan dengan mempergunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karean sudah diketahuinya.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali?
10. Koreksio adaalah majas penegasan berupa membetulkan (mengoreksi) kembali kata- kata yang salah diucapkan, baik disengaja maupun tidak,
Contoh: Hari ini sakit ingatan , eh … maaf, sakit kepala maksudku.
11.Asidenton adalah majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Contoh: kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di took itu.
12. Polisidenton adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
Contoh: Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
13. Eklamasio adaalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
14. Praeterito adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh: Tidaak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan itu.
15. Interupsi adalah majas penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.
D. Majas pertentangan
1. Antitesis adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata-kata yang berlawanan arti.
Contoh: Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seseorang wanita.
2. Paradoks adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya bertalian.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
3. Okupasi adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh : Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.
4. Kontradiskio interminis adalah majas pertentangan yang memperlihatkaentangan
dengan penjelasan semua
Contoh: Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut jam
Peribahasa
adalah bahasa berkias berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya.
Peribahasa dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Pepatah
B. Perumpamaan
C. Pemeo
Pepatah adalah sejenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua.
Contoh:
1. Bayang-bayang sepanjang badan: apa yang dikerjakan hendaknya disesuaikan dengan kekuatan diri sendiri
2. Tak ada gading yang tak retak: semua orang atau sesuatu itu tentu ada kurang atau celanya meskipun hanya sedikit.
3. Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari: kebaikan yang banyak itu hilang oleh kesalahan yang sedikit.
4. Tiada rotan akar pun jadi: jika tidak ada yang baik, yang kurang baik pun dapat digunakan.
5. Mati semut karena gula: manusia dapat dikuasai dengan kata-kata manis.
Perumpamaan ialah sejenis peribahasa yang berisi perbandingan.
Biasanya menggunakan kata-kata: seperti, sebagai, bagai, bak, dan laksana.
Contoh:
1. Mendengar berita itu hatinya bagai diiris sembilu. = hati yang sangat pedih.
2. Semenjak kejadian malam itu, gadis itu bagai kucing dibawakan lidi. = orang yang berada dalam ketakutan.
3. Jika ingin jadi manusi mulia, belajarlah seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk. = orang yang berilmu tinggi tidak akan menyombongkan dirinya.
4. Shinta dan Shanti seperti pinang dibelah dua, jarang orang dapat membedakannya. = dua orang yang serupa benar.
5. Baginya gadis itu seperti pungguk merindukan bulan. = mengharapkan sesuatu yang tidak mengkin tercapai.
Pemeo ialah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh:
1. Kamu harus sabar, harus patah sayap bertongkat paruh. = tidak mudah putus asa.
2. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah. = daripada hidup menanggung malu, lebih baik mati.
3. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. = laba sama dibagi, rugi sama dipikul.
4. Esa hilang, dua terbilang. = tetap hati mengerjakan suatu pekerjaan yang berbahaya.
Tak emas bungkal diasah, tak air taalang dipancung. = segala daya upaya dilakukan, asal yang dicita-citakan berhasil.
Peribahasa dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Pepatah
B. Perumpamaan
C. Pemeo
Pepatah adalah sejenis peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran dari orang tua.
Contoh:
1. Bayang-bayang sepanjang badan: apa yang dikerjakan hendaknya disesuaikan dengan kekuatan diri sendiri
2. Tak ada gading yang tak retak: semua orang atau sesuatu itu tentu ada kurang atau celanya meskipun hanya sedikit.
3. Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari: kebaikan yang banyak itu hilang oleh kesalahan yang sedikit.
4. Tiada rotan akar pun jadi: jika tidak ada yang baik, yang kurang baik pun dapat digunakan.
5. Mati semut karena gula: manusia dapat dikuasai dengan kata-kata manis.
Perumpamaan ialah sejenis peribahasa yang berisi perbandingan.
Biasanya menggunakan kata-kata: seperti, sebagai, bagai, bak, dan laksana.
Contoh:
1. Mendengar berita itu hatinya bagai diiris sembilu. = hati yang sangat pedih.
2. Semenjak kejadian malam itu, gadis itu bagai kucing dibawakan lidi. = orang yang berada dalam ketakutan.
3. Jika ingin jadi manusi mulia, belajarlah seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk. = orang yang berilmu tinggi tidak akan menyombongkan dirinya.
4. Shinta dan Shanti seperti pinang dibelah dua, jarang orang dapat membedakannya. = dua orang yang serupa benar.
5. Baginya gadis itu seperti pungguk merindukan bulan. = mengharapkan sesuatu yang tidak mengkin tercapai.
Pemeo ialah jenis peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh:
1. Kamu harus sabar, harus patah sayap bertongkat paruh. = tidak mudah putus asa.
2. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah. = daripada hidup menanggung malu, lebih baik mati.
3. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. = laba sama dibagi, rugi sama dipikul.
4. Esa hilang, dua terbilang. = tetap hati mengerjakan suatu pekerjaan yang berbahaya.
Tak emas bungkal diasah, tak air taalang dipancung. = segala daya upaya dilakukan, asal yang dicita-citakan berhasil.
Ungkapan
Ungkapan atau idiom ialah bentuk bahasa berupa gabungan kata (frasa) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.
Dalam bahasa Indonesia, idiom dibagi atas beberapa jenis sebagai berikut:
1. Idiom dengan menyebutkan bagian tubuh.
Contoh:
a. Selesaikan masalah itu dengan kepala dingin!
( kepala dingin = pikiran yang tenang )
b. Denny kelihatan berat hati meninggalkan tanah kelahirannya.
( berat hati = bimbang )
2. Idiom yang berhubungan dengan indra.
Contoh:
a. Jangan bermuka masam terus nanti kelihatan tua!
( muka masam = murung )
b. Semenjak perusahaannya mengalami pailit, dia kelihatan sempit hati.
(sempit hati = lekas marah )
3. Idiom dengan nama warna.
Contoh:
a. Gadis itu tampak merah muka jika bertemu dengan pemuda idamannya.
( merah muka = kemalu-maluan )
b. Kasus pencurian kemarin diajukan ke meja hijau.
( meja hijau = pengadilan )
4. Idiom dengan nama benda-benda alam.
Contoh:
a. Sekarang keluarga Pak Joko jadi bumi langit di kampung ini.
( jadi bumi langit = orang yang selalu diharapkan pertolongannya)
b. Karena salah air, anak itu jadi nakal.
( salah air = salah didikan )
5. Idiom dengan nama binatang.
Contoh:
a. Amin selalu menjadi kambing hitam di kelasnya.
( kambing hitam = orang yang dipersalahkan )
b. Karena berotak udang, Darman jarang sekali naik kelas.
( berotak udang = bodoh )
6. Idiom dengan nama bagian tumbuh-tumbuhan.
Contoh:
a. Semenjak musibah itu, sekarang Heny hidup sebatang kara.
( sebatang kara = hidup seorang diri )
b. Buku ini merupakan buah pena penulis yang sangat dikagumi banyak orang.
( buah pena = karangan )
7. Idiom dengan nama bilangan.
Contoh:
a. Kita harus bersatu padu jika ingin menang dalam pertandingan nanti.
( bersatu padu = benar-benar bersatu )
b. Karya seni itu tiada duanya di Negara ini.
( tiada duanya = tidak ada bandingnya )
Ungkapan atau idiom ialah bentuk bahasa berupa gabungan kata (frasa) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur yang membentuknya.
Dalam bahasa Indonesia, idiom dibagi atas beberapa jenis sebagai berikut:
1. Idiom dengan menyebutkan bagian tubuh.
Contoh:
a. Selesaikan masalah itu dengan kepala dingin!
( kepala dingin = pikiran yang tenang )
b. Denny kelihatan berat hati meninggalkan tanah kelahirannya.
( berat hati = bimbang )
2. Idiom yang berhubungan dengan indra.
Contoh:
a. Jangan bermuka masam terus nanti kelihatan tua!
( muka masam = murung )
b. Semenjak perusahaannya mengalami pailit, dia kelihatan sempit hati.
(sempit hati = lekas marah )
3. Idiom dengan nama warna.
Contoh:
a. Gadis itu tampak merah muka jika bertemu dengan pemuda idamannya.
( merah muka = kemalu-maluan )
b. Kasus pencurian kemarin diajukan ke meja hijau.
( meja hijau = pengadilan )
4. Idiom dengan nama benda-benda alam.
Contoh:
a. Sekarang keluarga Pak Joko jadi bumi langit di kampung ini.
( jadi bumi langit = orang yang selalu diharapkan pertolongannya)
b. Karena salah air, anak itu jadi nakal.
( salah air = salah didikan )
5. Idiom dengan nama binatang.
Contoh:
a. Amin selalu menjadi kambing hitam di kelasnya.
( kambing hitam = orang yang dipersalahkan )
b. Karena berotak udang, Darman jarang sekali naik kelas.
( berotak udang = bodoh )
6. Idiom dengan nama bagian tumbuh-tumbuhan.
Contoh:
a. Semenjak musibah itu, sekarang Heny hidup sebatang kara.
( sebatang kara = hidup seorang diri )
b. Buku ini merupakan buah pena penulis yang sangat dikagumi banyak orang.
( buah pena = karangan )
7. Idiom dengan nama bilangan.
Contoh:
a. Kita harus bersatu padu jika ingin menang dalam pertandingan nanti.
( bersatu padu = benar-benar bersatu )
b. Karya seni itu tiada duanya di Negara ini.
( tiada duanya = tidak ada bandingnya )
Makna
Leksikal dan Makna Gramatikal
1. Makna leksikal adalah makna kata yang kurang lebih bersifat tetap dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh ada dalam kehidupan kita.
Contoh: tikus ( Tikus itu dimakan kucing ).
2. Makna gramatikal adalah makna kata yang muncul akibat peristiwa gramatikal (ketatabahasaan ).
Makna gramatikal ini biasa timbul, karena:
a. Urutan kata
Toni mengajak Tina pergi
Tina mengajak Toni pergi
b. Intonasi
Toni pergi.
Toni pergi?
c. Bentuk kata
Tono tidur di aula.
Toni tertidur di aula.
d. kata tugas
Toni makan dan minum di sini.
Toni makan atau minum di sini.
3. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya, baik sebagai kata lepas maupun dalam kalimat.
Contoh: Saya terjatuh dari pohon.
Mereka sedang makan nasi.
4. Makna konotasi adalah makna yang memerlukan berbagai penafsiran ( makna ganda ).
Dengan kata lain makna konotasi mendukung makna tidak sebenarnya.
A. Istilah dan Kata
Istilah adalah kata atau gambaran kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep-konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Untuk memahami istilah yang dipakai dalam suatu kalimat, kita harus tahu arti dan penggunaannya.
Misalnya: Kita perlu mengadakan diversifikasi tanaman untuk meningkatkan hasil pertanian kita.
Para siswa sedang mengidentifikasi data angket yang akan diteliti.
Ibu yang sedang sakit itu diperiksa urinenya.
Perubahan Makna
Kata-kata dalam bahasa tertentu mengalami perubahan arti.
Ada 6 jenis perubahan arti yaitu:
1. Meluas ( generalisasi ) adalah makna kata sekarang lebih luas daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Bapak Orang tua laki-laki Semua laki-laki yang sudah tua atau tinggi kedudukannya
Ibu Orang tua perempuan Semua perempuan yang sudah tua atau tinggi kedudukannya
Saudara Anak sekandung Semua orang sederajat
2. Menyempit ( spesialisasai ) adalah makna sekarang lebih sempit daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Sarjana Orang pandai Lulusan perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah agama
pembantu Orang yang membantu Pelayan rumah tangga
3. Amelioratif (membaik) adalah makna kata sekarang lebih baik daripada makna kata asalnya.
Contoh:
Kata dahulu kata Sekarang
Perempuan Wanita
Pemberian anugerah
Anak laki-laki putra
4. Peyoratif adalah makna sekarang lebih jelek daripada makna asalnya.
Contoh: kawin, gerombolan, oknum, perempuan dsb.
5. Sinestesia adalah makna kata yang timbul karena tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh:
Kata-katanya pedas. (pencecap ke pendengaran)
Lagunya enak didengar. (pencecap ke pendengaran)
Suaranya lembut. (peraba ke pendengaran)
6. Asosiasi adaalah makna kata yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh: Hati-hati menghadapi tukang catut di bioskop itu.
Kata Makna Baru (asosiasi/kias)
Amplop Uang sogok
Bunga Gadis cantik
putih Suci, bersih
C. Hubungan Makna
1. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Contoh: siuman = sadar
datang = tiba = sampai
2. Antonim adalah kata-kata yang memiliki makna berlawanan.
Contoh:
besar – kecil
atas - bawah
siang - malam
Antonim dibedakan menjadi:
a. Antonim kembar : putra-putri, dewa-dewi, pemuda-pemudi.
b. Antinim gradual : panjang - pendek, tinggi- rendah, tua–muda.
c. Antonim relasional : suami- istri, guru-murid, penjual-pembeli.
d. Antonim majemuk : emas-perak, gelang-kalung, pintu-jendela dsb.
e. Antonym hierarkis : jendral-kopral, kilometer-meter dsb.
3. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki makna ganda.
Namun demikian, di antara makna tersebut masih terdapat hubungan makna.
Contoh: Anak saya sakit. ( keturunan )
Ia anak buahku. ( bawahan )
Hati-hati,anak tangga itu rapuh. ( bagian tangga yang diinjak )
4. Hiponim adalah suatu kata yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain.
1. Makna leksikal adalah makna kata yang kurang lebih bersifat tetap dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang sungguh ada dalam kehidupan kita.
Contoh: tikus ( Tikus itu dimakan kucing ).
2. Makna gramatikal adalah makna kata yang muncul akibat peristiwa gramatikal (ketatabahasaan ).
Makna gramatikal ini biasa timbul, karena:
a. Urutan kata
Toni mengajak Tina pergi
Tina mengajak Toni pergi
b. Intonasi
Toni pergi.
Toni pergi?
c. Bentuk kata
Tono tidur di aula.
Toni tertidur di aula.
d. kata tugas
Toni makan dan minum di sini.
Toni makan atau minum di sini.
3. Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya, baik sebagai kata lepas maupun dalam kalimat.
Contoh: Saya terjatuh dari pohon.
Mereka sedang makan nasi.
4. Makna konotasi adalah makna yang memerlukan berbagai penafsiran ( makna ganda ).
Dengan kata lain makna konotasi mendukung makna tidak sebenarnya.
A. Istilah dan Kata
Istilah adalah kata atau gambaran kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep-konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
Untuk memahami istilah yang dipakai dalam suatu kalimat, kita harus tahu arti dan penggunaannya.
Misalnya: Kita perlu mengadakan diversifikasi tanaman untuk meningkatkan hasil pertanian kita.
Para siswa sedang mengidentifikasi data angket yang akan diteliti.
Ibu yang sedang sakit itu diperiksa urinenya.
Perubahan Makna
Kata-kata dalam bahasa tertentu mengalami perubahan arti.
Ada 6 jenis perubahan arti yaitu:
1. Meluas ( generalisasi ) adalah makna kata sekarang lebih luas daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Bapak Orang tua laki-laki Semua laki-laki yang sudah tua atau tinggi kedudukannya
Ibu Orang tua perempuan Semua perempuan yang sudah tua atau tinggi kedudukannya
Saudara Anak sekandung Semua orang sederajat
2. Menyempit ( spesialisasai ) adalah makna sekarang lebih sempit daripada makna asalnya.
Contoh:
Kata Makna Dasar Makna Sekarang
Sarjana Orang pandai Lulusan perguruan tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah agama
pembantu Orang yang membantu Pelayan rumah tangga
3. Amelioratif (membaik) adalah makna kata sekarang lebih baik daripada makna kata asalnya.
Contoh:
Kata dahulu kata Sekarang
Perempuan Wanita
Pemberian anugerah
Anak laki-laki putra
4. Peyoratif adalah makna sekarang lebih jelek daripada makna asalnya.
Contoh: kawin, gerombolan, oknum, perempuan dsb.
5. Sinestesia adalah makna kata yang timbul karena tanggapan dua indera yang berbeda.
Contoh:
Kata-katanya pedas. (pencecap ke pendengaran)
Lagunya enak didengar. (pencecap ke pendengaran)
Suaranya lembut. (peraba ke pendengaran)
6. Asosiasi adaalah makna kata yang timbul karena persamaan sifat.
Contoh: Hati-hati menghadapi tukang catut di bioskop itu.
Kata Makna Baru (asosiasi/kias)
Amplop Uang sogok
Bunga Gadis cantik
putih Suci, bersih
C. Hubungan Makna
1. Sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesamaan atau kemiripan makna.
Contoh: siuman = sadar
datang = tiba = sampai
2. Antonim adalah kata-kata yang memiliki makna berlawanan.
Contoh:
besar – kecil
atas - bawah
siang - malam
Antonim dibedakan menjadi:
a. Antonim kembar : putra-putri, dewa-dewi, pemuda-pemudi.
b. Antinim gradual : panjang - pendek, tinggi- rendah, tua–muda.
c. Antonim relasional : suami- istri, guru-murid, penjual-pembeli.
d. Antonim majemuk : emas-perak, gelang-kalung, pintu-jendela dsb.
e. Antonym hierarkis : jendral-kopral, kilometer-meter dsb.
3. Polisemi adalah suatu kata yang memiliki makna ganda.
Namun demikian, di antara makna tersebut masih terdapat hubungan makna.
Contoh: Anak saya sakit. ( keturunan )
Ia anak buahku. ( bawahan )
Hati-hati,anak tangga itu rapuh. ( bagian tangga yang diinjak )
4. Hiponim adalah suatu kata yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain.
UNGKAPAN
Ungkapan adalah gabungan kata atau
frasa yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya atau
unsur-unsur pembentuknya.
Ciri Ciri Ungkapan
1. terdiri dari 2 kata atau lebih
2. susunan kata-katanya tetap (absolut)
3. makna kata-kata penyusunnya sudah hilang
4. mengandung makna kiasan (idiom).
Pembagian Ungkapan
Ungkapan dapat
digolongkan:
a. Berdasarkan bentuknya
1. Ungkapan penuh: yang maknanya tidak
terekam atau tidak tergambar dari unsur-unsur pembentuknya.#menjual
gigi=tertawa keras-keras
2. Ungkapan sebagian : yang
maknanya masih tergambar pada salah satu unsur pembentuknya/salah satu unsur
pambentuknya masih tetap dalam makna leksikal. #harga mati=tidak bias
ditawar-tawar lagi.
b. Berdasarkan kata yang membentuknya
1. Ungkapan dengan menggunakan bagian
tubuh.
#panjang
tangan=suka mencuri
2. Ungkapan dengan menggunakan bagian
indra.
#mulut
manisnya=menrik hati
3. Ungkapan dengan menggunakan warna.
#emas
putih=logam mulia yang berwarna putih.
4. Ungkapan dengan menggunakan bagian
tumbuhan.
#buah
pena=hasil karangan
5. Benda alam
#bintang
lapangan=pemain yang terbaik
6. Nama binatang
#kabar
burung=belum pasti kebenarannya
7. Bilangan
#setengah
hati=tidak sungguh-sungsuh.
Contoh Ungkapan
UNGKAPAN
|
MAKNA
|
Petani gurem
|
Petani
yang mempunyai sawah maksimal 1/2 hektare
|
Membanting tulang
|
Bekerja
keras
|
Senang hati
Pantat kuning
Muka
tembok
|
Tanpa
rasa susah dan kecewa
Pelit
tidak tahu malu
|
kalau boleh tau pembagian idiom itu memakai buku apa ya?
BalasHapus