termokimia
KALOR
Pengertian kalor dan perbedaannya dengan suhu
Jika gelas berisi air ledeng dicelupkan
sebagian ke dalam bak yang berisi air panas, air ledeng mengalami kenaikkan
suhu dan air panas mengalami penurunan suhu. Ini menunjukkan terjadinya
perpindahan energi dari benda bersuhu tinggi (air panas) ke benda bersuhulebih
rendah (air ledeng). Uraian diatas jelas mempertegas kesimpulan bahwa
perpindahan energi secara alami selalu terjadi dari benda bersuhu tinggi ke
benda bersuhu lebih rendah.
Enegri yang berpindah disebut kalor. Jadi kita
mendefinisikan kalor sebagai energi yang berpindah dari benda yang suhunya
lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika benda bersentuhan.
Apakah perbedaan antara suhu, kalor, dan
energi dalam ?
Joseph black pada tahun 1760 merupakan orang
pertama yang menyatakan perbedaan antara suhu dan kalor. Suhu adalah derajat
panas atau dinginnya suatu benda yang diukur oleh termometer, sedangkan kalor
adalah sesuatu yang mengalir dari benda panas ke benda lebih dingin untuk menyamakan
suhunya. Suhu sesungguhnya adalah ukuran energi kinetikrata-rata partikel dalam
suatu benda. Sedangkan dalam fisika, istilah “kalor” selalu mengacu pada energi
yang berpindah dari suatu benda ke benda yang lainnya karena perbedaan suhu.
Begitu proses pemindahan energi ini berhenti maka kalor tidak lagi memiliki
arti. Jadi, kalor bukanlah jumlah energi yang terkandung dalam suatu benda.
Karena itu, tidaklah tepat menyatakan bahwa suatu benda mengandung kalor.
Secara sederhana kita dapat menyatakan beda
antara suhu, kalor, dan energi dalam sebagai berikut. Suhu merepresentasikan
energi kinetik satu molekul zat. Energi dalam adalah ukuran energi seluruh
molekul dalam zat. Sedangkan kalor adalah perpindahan sebagian energi dalam
dari suatu zat ke zat lain karena adanya perbedaan suhu.
Teori kalorik dan teori kinetik
Sebelum mengetahui bahwa kalor adalah salah
satu bentuk energi, para ilmuwan menganggap bahwa kalor adalah sejenis zat alir
( disebut kalorik )yang terkandung dalam setiap benda dan tidak dapat dilihat
oleh mata manusia. Teori ini disebut teori kalorik dan pertama kali
diperkenalkan oleh Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794),ahli kimia
berkembangsaan Perancis. Berdasarkan teori, satuan kalor mula-mula diberi nama
kalori (disingkat kal, menggunakan huruf keci). Kandungan energi dalam makanan
sering kali dinyatakan dalam kalori (ditulis dengan huruf besar K) yang berarti
kilokalori (disingkat kkal).
Teori kalorik menyatakan bahwa benda yang
suhunya tinggi mengandung lebih banyak kalorik daripada benda yang suhunya
rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda kaya kalorik kehilangan sebagaian
kaloriknya yang diberikan kepada benda miskin kalorik sampai kedua benda
mencapai suhu yang sama (tercapai keseimbangan termal).
Setelah orang mengetahui bahwa kalor adalah
salah satu bentuk energi maka di perteengahan abad sembilan belas, ilmuwan
mengembangkan suatu teori baru untuk mengganti teori kalorik. Teori ini
berdasarkan pada anggapan bahwa zat disusun oleh partikel-partikel sangat kecil
yang selalu bergerak. Dalam benda yang panas, partikel-partikel bergerak lebih
capat, dan karena itu memiliki energi yang lebih besar dari pada partikel-partikel dalam benda yang
lebih dingin. Teori ini disebut teori kinetik.
KALOR TEORITIS
E. Entalpi
Entalpi (H) adalah jumlah
total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah
energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat
diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari
zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es
ditulis H H20 (s).
Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang disebut Entalpi ( H ).
Untuk reaksi kimia :
∆H = Hp
– Hr
Hp = entalpi produk
Hr
= entalpi reaktan
Reaksi pada tekanan
tetap : qp
= ∆H ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume tetap : qv = ∆E (
perubahan energi dalam )
Perubahan kalor atau
entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan
dengan ”
perubahan entalpi (ΔH) ” . Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur.
Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap
sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada
perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan,
entalpi air lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia selalu
terjadi perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan
selisih antara entalpi hasil reaksi dan jumlah entalpi pereaksi.
Setiap sistem atau zat
mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial berkaitan dengan
wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom – atom
dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari semua
bentuk energi itu disebut
entalpi (H) . Entalpi
akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. . Misalnya
entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20
(s).
Entalpi (H) suatu zat
ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang
jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama
proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka dapat ditulis
sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l) - H H20 (s)
Harga entalpi zat
sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan
dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan
es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah
positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada
entalpi es.
Termokimia merupakan bagian
dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi.
Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya perubahan
entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dam jumlah
entalpi pereaksi.
Pada reaksi endoterm,
entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif. Sedangkan pada
reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH
negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas
disebut dengan nama yang khas pula, misalnya kalor pembentukan, kalor
penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya.
1. Entalpi
Pembentukan Standar (ΔH◦f)
Entalpi pembentukan standar
suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang stabil pada keadaan
standar (STP). Entalpi pembentukan standar diberi simbol (ΔH◦f),
simbol f berasal dari kata formation yang berarti pembentukan. Contoh
unsur-unsur yang stabil pada keadaan standar, yaitu : H2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca,
dan Hg.
Contoh:
H2(g) + 1/2 O2à H2O(l) ΔH=-286
kJ mol-1
C (grafit) + O2(g) à CO2(g) ΔH=-393 kJ mol-1
K(s) + Mn(s) + 2O2 à KMnO4(s) ΔH=-813 kJ mol-1
Catatan:
·
ΔHf elemen
stabil adalah 0
·
ΔHf digunakan
untuk memperkirakan stabilitas senyawa dibanding penyusunnya
·
Semakin kecil ΔHf, semakin
stabil energi senyawa itu
·
ΔHf tidak
mencerminkan laju reaksi (akan dibahas pada bab selanjutnya)
2. Entalpi
Penguraian Standar (ΔH◦d)
Entalpi penguraian standar
suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
proses penguraian 1 mol senyawa dari unsure-unsurnya yang stabil pada keadaan
standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦d)
simbol d berasal dari kata decomposition yang berarti penguraian.
Menurut Hukum Laplace,
jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya sama
dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi
unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan dari entalpi
pembentukan senyawa yang sama. Dengan demikian jumlah kalornya sama tetapi
tandanya berlawanan karena reaksinya berlawanan arah.
Contoh:
H2O(l) -> H2(g) + 1/2 O2(g) ΔH=+286 kJ
mol-1 (bnd.
contoh Hf no. 1)
3. Entalpi
Pembakaran Standar (ΔH◦c)
Entalpi pembakaran standar
suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang stabil pada keadaan
standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦c)
simbol d berasal dari kata combustion yang berarti pembakaran.
Pembakaran selalu
membebaskan kalor sehingga nilai entalpipembakaran selallu negatif (eksoterm)
Contoh :
1/2 C2H4(g) + 3/2 O2 -> CO2(g) + H2O(l) ΔH=-705.5 kJ mol-1
Catatan:
·
ΔHc selalu negatif,
karena panas pasti dilibatkan
·
ΔHc bisa digunakan untuk menilai kandungan energi bahan bakar
atau makanan
4. Entalpi
Pelarutan Standar (ΔH◦s)
Entalpi pelarutan standar
menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol
zat pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦s)
simbol s berasal dari kata solvation yang berarti pelarutan.
Contoh:
·
NH3(g) + aq -> NH3(aq) ΔHs=-35.2
kJ mol-1
·
HCl(g) + aq -> H+(aq) + Cl-(aq) ΔHs=-72.4
kJ mol-1
·
NaCl(s) + aq -> Na+(aq) + Cl-(aq)
ΔH=+4.0 kJ mol-1
Catatan:
·
Jika ΔHs sangat positif, zat itu tidak larut dalam air
·
Jika ΔH negatif, zat itu larut dalam air
5. Entalpi
Netralisasi Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam pada
keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol
6. Entalpi
Penguapan Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada keadaan
standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan
dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.
7. Entalpi
Peleburan Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam
fase cair pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
8. Entalpi
Sublimasi Standar
Adalah entalpi yang
terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase gas
pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar,
maka dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.
F. Kalorimeter
Kalorimetri yaitu cara
penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter. Perubahan entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada
tekanan konstan, untuk menentukan perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang
sama dengan penentuan perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui
pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut. Pengukuran perubahan kalor dapat dilakukan dengan alat yang
disebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah suatu
sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi dengan
lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter
terbagi menjadi dua, yaitu kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua
buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan
melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai
tercapai kesetimbangan termal.
Menurut azas Black : Kalor
yang dilepas = kalor yang diterima
Rumus yang digunakan adalah :
q = m x c x ∆T
qkalorimeter
= C x ∆T
dengan :
q
= jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
∆T = perubahan suhu ( oC atau
K )
c
= kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C
= kapasitas kalor ( J / oC )
atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka
kalor reaksi = kalor yang diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter,
tetapi tandanya berbeda.
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
Beberapa jenis
kalorimeter :
1. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat
yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada
pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih)
suatusenyawa, bahan makanan, bahan
bakar atau khusus
digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter ini
terdiri dari sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, terbuat dari
bahan stainless steel
dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan tinggi ) dan sejumlah air yang
dibatasi dengan wadah yang kedap panas. Sejumlah
sampel ditempatkan pada tabung beroksigenyang
tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar
oleh api listrik dari
kawat logam terpasang dalam tabung. Reaksi
pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan diserap oleh
air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
qreaksi = - (qair + qbom )
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair
= m x c x ∆T
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC
) atau ( J / g. K )
∆T = perubahan suhu ( oC atau
K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom
= Cbom x ∆T
dengan :
Cbom
= kapasitas kalor bom ( J / oC )
atau ( J / K )
∆T
= perubahan suhu ( oC atau
K )
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (∆V =
nol). Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan
energi dalamnya.
∆E = q +
w dimana w = - P. ∆V ( jika ∆V = nol
maka w
= nol )
maka ∆E = qv
Contoh kalorimeter bom
adalah kalorimeter makanan.
2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi;
selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimeter
pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat dari gelas
stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang
reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam –
basa / netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter ini,
kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan kalor
yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi = - (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter
= Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter
= kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC )
atau ( J / K )
DT
= perubahan suhu ( oC atau
K )
Jika harga kapasitas
kalor kalorimeter sangat
kecil; maka dapat diabaikan sehingga perubahan kalor dapat dianggap
hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam kalorimeter.
qreaksi = - qlarutan
qlarutan
= m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c
= kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K
)
DT = perubahan suhu ( oC atau
K )
Pada kalorimeter ini,
reaksi berlangsung pada tekanan
tetap (DP =
nol ) sehingga perubahan kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan
entalpinya.
DH = qp
Contoh kalorimeter
sederhana adalah kalorimeter larutan.
Kalorimeter larutan adalah
alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kaloryang terlibat pada reaksi kimia dalam
sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap
menyebabkan perubahan suhu pada
kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas pereaksi kemudian
dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter
larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.
Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan
Qreaksi = - (Qlarutan + Q
kalorimeter )
Q reaksi = - (m.c.∆T + c.∆T)
Jika kapasitas kalori dalam
kalorimeter diabaikan, maka
Qreaksi = - (m.c.∆T)
Keterangan :
m = massa zat
(kg)
c = kalor jenis (J/kg⁰C)
c = kalor jenis (J/kg⁰C)
∆t = perubahan suhu
(Celcius)
Sementara itu, persamaan
reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut persamaan termokimia.
H2 (g) + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l) ΔH =
-286 kJ
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu,
entalpi sistem akan bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada
entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih antara
entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga
perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:
ΔH = Hp-
Hr > 0
Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi
sistem akan berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi
pereaksi. Oleh karena itu , perubahan entalpinya bertanda negatif. Sehingga p
dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔH = Hp-
Hr < 0
G. Hukum
Hess
Pengukuran perubahan
entalpi suatu reaksi kadangkala tidak dapat ditentukan langsung dengan
kalorimeter, misalnya penentuan perubahan entalpi pembentukan standar ( DHf o )CO.
Reaksi pembakaran karbon
tidak mungkin hanya menghasilkan gas CO saja tanpa disertai terbentuknya gas CO2.
Jadi, bila dilakukan pengukuran perubahan entalpi dari reaksi tersebut; yang
terukur tidak hanya reaksi pembentukan gas CO saja tetapi juga perubahan
entalpi dari reaksi pembentukan gas CO2.
Untuk mengatasi hal
tersebut, Henry
Hess melakukan serangkaian percobaan dan menyimpulkan bahwa perubahan entalpi suatu
reaksi merupakan fungsi
keadaan.
Artinya : “ perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan
awal ( zat-zat pereaksi ) dan keadaan akhir ( zat-zat hasil reaksi
) dari suatu reaksi dan tidak tergantung pada jalannya reaksi.” Pernyataan ini disebut Hukum
Hess, rumus
yang dapat dipakai yaitu ΔHreaksi = ΔH1 + ΔH2 +….
Menurut hukum Hess, karena
entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah
sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda.
Dengan kata lain, hanya
keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan
langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan
perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat diukur
secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika pada
beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan
semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu
persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH). Berdasarkan Hukum Hess, penentuan ∆H dapat
dilakukan melalui 3 cara yaitu :
1). Perubahan entalpi (∆H )
suatu reaksi dihitung melalui penjumlahan dari perubahan entalpi beberapa
reaksi yang berhubungan.
2). Perubahan entalpi (∆H )
suatu reaksi dihitung berdasarkan selisih entalpi pembentukan (∆Hf o )
antara produk dan reaktan.
3). Perubahan entalpi (∆H )
suatu reaksi dihitung berdasarkan data energi ikatan.
Selain itu, dengan
menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui dengan pengurangan
entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi pembentukan reaktan.
Konsep dari hukum Hess juga
dapat diperluas untuk menghitung perubahan fungsi keadaan lainnya, seperti
entropi dan energi bebas. Kedua aplikasi ini amat berguna karena
besaran-besaran tersebut sulit atau tidak bisa diukur secara langsung, sehingga
perhitungan dengan hukum Hess digunakan sebagai salah satu cara menentukannya.
Untuk perubahan entropi:
·
ΔSo = Σ(ΔSfoproduk) - Σ(ΔSforeaktan)
·
ΔS = Σ(ΔSoproduk)
- Σ(ΔSoreaktan).
Untuk perubahan energi bebas:
·
ΔGo = Σ(ΔGfoproduk) - Σ(ΔGforeaktan)
·
ΔG = Σ(ΔGoproduk)
- Σ(ΔGoreaktan).
H. Penentuan
ΔH Reaksi
Hukum Hess menyatakan bahwa
perubahan entalpi tidak tergantung pada berapa banyak tahapan reaksi, tetapi
tergantung pada keadaan awal dan akhir. Dengan kata lain, untuk suatu reaksi
keseluruhan tertentu, perubahan entalpi selalu sama, tak peduli apakah reaksi
itu dilaksanakan secara langsung ataukah secara tak langsung dan lewat
tahap-tahap yang berlainan. Rumus yang dapat dipakai yaitu:
1. Penentuan ∆H Reaksi berdasarkan Eksperimen
(Kalorimeter)
Penentuan kalor reaksi
secara kalorimetris merupakan penentuan yang didasarkan atau diukur dari
perubahan suhu larutan dan kalorimeter dengan prinsip perpindahan kalor, yaitu
jumlah kalor yang diberikan sama dengan jumlah kalor yang diserap. Kalorimeter adalah
suatu sistem terisolasi (tidak ada pertukaran materi maupun energi dengan
lingkungan di luar kalorimeter).
Dengan demikian, semua
kalor yang dibebaskan oleh reaksi yang terjadi dalam kalorimeter, kita dapat
menentukan jumlah kalor yang diserap oleh air serta perangkat kalorimeter
berdasarkan rumus:
q.larutan = m c ∆T
q.kalorimeter = C ∆T
q = jumlah kalor
m = massa air (larutan) di dalam calorimeter
c = kalor jenis air (larutan) di dalam calorimeter
C = kapasitas kalor dari calorimeter
∆T = kenaikan suhu larutan (kalorimeter)
Oleh karena tidak ada
kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi sama dengan kalor yang
diserap oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda :
qreaksi = -(qlarutan +
qkalorimeter)
Kalorimeter yang sering
digunakan adalah kalorimeter bom. Kalorimeter bom terdiri dari sebuah bom
(wadah tempatberlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari
berlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari bahan stainless steel)
dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah kedap panas. Jadi kalor reaksi sama
dengan kalor yang diserap atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap
atau dilepaskan larutan, sedangkan kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan
diabaikan.
qreaksi = -qlarutan
qreaksi = -qlarutan
2. Penentuan
∆H Reaksi dengan Hukum Hess
Hukum Hess : ” Kalor
reaksi yang dilepas atau diserap hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir”.
Untuk mengubah zat A
menjadi zat B (produk) diperlukan kalor reaksi sebesar ∆H. Atau cara lain yaitu
mengubah zat A menjadi zat B dengan kalor reaksi ∆H1, zat B diubah menjadi zat
C dengan kalor reaksi ∆H2 dan zat C diubah menjadi zat D dengan kalor reaksi
∆H3 . Sehingga harga perubahan entalpi adalah
∆Hreaksi = ∆H1 + ∆H2 +
∆H3 .
Contoh Soal :
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) → CaO(s) ∆H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(g) ∆H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) .............................→ Ca(s) + ½ O2(g) ....∆H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ → C(s) + O2(g) ............∆H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(s)................. ∆H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ...........→ CaCO3(s).................. ∆H = - 178,1 kJ
Diketahui data entalpi reaksi sebagai berikut :
Ca(s) + ½ O2(g) → CaO(s) ∆H = - 635,5 kJ
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = - 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(g) ∆H = - 1207,1 kJ
Hitunglah perubahan entalpi reaksi : CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s) !
Penyelesaian :
CaO(s) .............................→ Ca(s) + ½ O2(g) ....∆H = + 635,5 kJ
CO2(g)............................ → C(s) + O2(g) ............∆H = + 393,5 kJ
Ca(s) + C(s) + ½ O2(g) → CaCO3(s)................. ∆H = - 1207,1 kJ
_________________________________________ _
CaO(s) + CO2(g) ...........→ CaCO3(s).................. ∆H = - 178,1 kJ
3. Penentuan
∆H Reaksi Berdasarkan Data Perubahan Entalpi
Pembentukan Standar (
∆Hof )
Cara lain perhitungan entalpi reaksi yaitu berdasarkan entalpi
pembentukan standar( ∆Hof ) zat-zat yang ada pada reaksi tersebut.
∆Hreaksi = ∑∆Hof produk - ∑∆Hof reaktan
TABEL ENTALPI PEMBENTUKAN
BEBERAPA ZAT
Zat
|
∆Hof ( kJ/mol )
|
Zat
|
∆Hof ( kJ/mol )
|
H2(g)
|
0
|
C2H4(g)
|
+ 52,5
|
O2(g)
|
0
|
CCl4(g)
|
- 96,0
|
C(s)
|
0
|
NH3(g)
|
- 45,9
|
H2O(g)
|
- 241,8
|
NO2(g)
|
+ 33,2
|
H2O(l)
|
- 285,8
|
SO2(g)
|
- 296,8
|
CO2(g)
|
- 393,5
|
HCl(g)
|
- 92,3
|
CO(g)
|
-110,5
|
NO(g)
|
+ 90,3
|
Contoh Soal :
Dari tabel entalpi pembentukan diatas, tentukan :
a. ∆H reaksi pembakaran C2H4 !
b. Tentukan jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran 56 g gas C2H4
c. Reaksi pembakaran C2H4
C2H4(g) + 3 O2(g)→2CO2(g) + 2H2O(l)
∆H reaksi = ∆Hof hasil reaksi - ∆Hof pereaksi
= ( 2. ∆Hof CO2 + 2. .∆Hof H2O ) – ( 1. ∆HofC2H4 + 3. ∆Hof O2)
= ( 2 . -393,5 + 2. -285,8 ) – ( 1. 52,5 + 3. 0 )
= -787 – 571,6 + 52,5
= - 1306,1 kJ/mol
b. Mr C2H4 = (2x12) + (4x1) = 28
Mol C2H4 = 56/28 = 2 mol
∆H pembakaran 2 mol C2H4 = 2 mol x ( -1306,1 kJ/mol )
= -2612,2 kJ
Jadi pada pembakaran 56 gram gas C2H4 dibebaskan kalor sebesar 2612,2 Kj
4. Penentuan ∆H Reaksi Dari Energi Ikatan
Reaksi kimia
antarmolekul dapat dianggap berlangsung dalam 2 tahap yaitu :
a. Pemutusan ikatan pada pereaksi
b. Pembentukan ikatan pada produk
Misalnya, pada reaksi antara gas klorin dengan gas hidrogen
membentuk gas hidrogen klorida dapat digambarkan sebagai berikut :
Sesuai dengan hukum Hess, ∆H reaksi total adalah ∆H tahap-I + ∆H
tahap-II.
∆H tahap-I = ∑ Energi ikatan pada pereaksi (yang putus)
∆H tahap-II = -∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan produk yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan
∆H tahap-II = -∑ Energi ikatan pada produk (yang terbentuk).
∆H reaksi = ∑ Energi ikatan pereaksi yang putus - ∑ Energi ikatan produk yang terbentuk
= ∑ Eruas kiri - ∑ Eruas kanan
TABEL ENERGI IKATAN
Ikatan
|
E (kJ/mol)
|
Ikatan
|
E (kJ/mol)
|
H-H
|
436
|
O=O
|
498
|
H-C
|
415
|
C≡N
|
891
|
H-N
|
390
|
F-F
|
160
|
C-C
|
345
|
Cl-Cl
|
243
|
C≡C
|
837
|
H-Cl
|
432
|
C-O
|
350
|
C=C
|
611
|
C=O
|
741
|
I-I
|
150
|
C-Cl
|
330
|
N=N
|
418
|
O-H
|
450
|
C-F
|
485
|
Penyelesaian :
........H
.........l
H – C – O-H + 1 ½ O=O → O=C=O + 2H-O-H
........l
.......H
∆H reaksi = ∑Epemutusan -∑Epembentukan
=
{ (3.Ec-H)+( 1.EO-H) +(1.EC-O)+ (1 ½ EO=O)}
– {(2.EC=O)
+(4.EO-H)}
=
{(3.415)+(1.460)+(1.350)+1 ½.498)} –{(2.741)+(4.460)}
=
2802-3322
=
-520 kJ/mol
Komentar
Posting Komentar